Strategi Militer Indonesia - Informasi Pertahanan dan Keamanan NKRI
Diposting oleh
olahraga
di
05.02
Parlemen Belanda Yang Sombong
Berikut
berita Perilaku Negara yang mengaku peduli HAM tapi kenyataannya parlemennya
berprilaku seperti negara yang tidak punya etika ... memalukan.!!!
Prilaku ini patut dicatat untuk berhubungan kedepannya dengan negara yang melecehkan bangsa lain. Halaman muka harian dengan oplah terbesar di Belanda, De Telegraaf, Rabu 20 Juni 2012, dengan huruf cukup besar memberitakan penolakan pemimpin partai Buruh, PvdA, Diederik Samsom, untuk menerima kunjungan Duta Besar Berkuasa Penuh Republik Indonesia, Retno Marsudi.
'Samsom onbeschoft tegen ambassadrice' tulis harian pagi yang terbit di Amsterdam ini. Artinya kira-kira, Samsom bersikap kasar terhadap ibu dubes. Dalam lingkungan diplomatik, penolakan seperti itu dianggap sebagai penghinaan. Demikian De Telegraaf.
Walaupun demikian, menurut koran ini sikap Dubes RI tetap kalem. Pada
De Telegraaf Retno Marsudi menjelaskan, saat ini agenda kegiatan
Diederik Samsom sangat padat. "Saya bisa menunggu. Dan saya tidak cepat
tersinggung," katanya.
De Telegraaf mengaitkan hasrat bertemu sang ibu dubes ini dengan sikap PvdA di parlemen, de Tweede Kamer, mengenai penjualan 80 buah tank bekas jenis Leopard ke Indonesia. Dan Kamis 21 Juni 2012, parlemen akan menggelar debat mengenai keputusan kabinet untuk menjual tank bekas tersebut.
Sejauh ini mayoritas suara di parlemen, termasuk PvdA, menentang rencana penjualan. Dengan alasan buruknya situasi hak azasi manusia.
Menurut Dubes RI alasan tersebut 'ongelooflijk'. Tidak masuk akal. Pelanggaran HAM mana yang mereka maksudkan? Kami saat ini negara demokrasi terbesar nomor tiga di dunia. Politisi yang menentang rencana jual beli ini harus mencopot kacamata usang mereka. "Lihatlah Indonesia dengan kacamata baru," demikian kutip De Telegraaf.
Beberapa waktu lalu, Dubes RI memang telah sempat bertemu dengan beberapa politisi PvdA. Namun, hasratnya untuk bertemu dengan ketua fraksi, ternyata belum bisa terwujud.
Sementara itu, melalui jejaring Twitter, Diederik Samsom langsung menanggapi pemberitaan De Telegraaf ini. Ia menyatakan, beberapa pekan lalu, Dubes RI telah diterima oleh Frans Timmermans, juru bicara urusan Hubungan Luar Negeri fraksi PvdA di de Tweede Kamer.
Selanjutnya Diederik Samsom menambahkan bahwa dalam partainya sudah menjadi kebiasaan, ketua fraksi hanya menerima dubes negara besar, seperti misalnya dubes negara besar Eropa atau Amerika Serikat. Dubes negara lainnya cukup diterima oleh jubir urusan hubungan luar negeri.
Mengenai rencana penjualan tank bekas ini De Telegraaf menyajikan
pemberitaan lebih lanjut di halaman dalam. Antara lain sikap Departemen
Pertahanan Belanda yang sangat mengharapkan agar transaksi ini jadi.
Karena ini menyangkut penjualan senilai 200 juta euro. Di tengah
gelombang penghematan anggaran sekarang ini, nilai penjualan sebesar itu
akan sangat berarti bagi departemen ini.
Kalangan bisnis juga gencar melancarkan desakan pada politisi agar transaksi ini jadi. Misalnya galangan kapal Damen Naval Shipbuilding. Beberapa hari lalu, perusahaan ini menanda-tangani kontrak penjualan dua buah kapal fregat bagi Indonesia. Senilai 350 juta euro.
Direktur galangan kapal mengkhawatirkan dampak penolakan bagi kelangsungan hidup bisnis mereka dengan Indonesia. Dengan demikian, perusahaan ini mengirim surat himbauan pada berbagai fraksi di parlemen, agar jangan membuat keputusan yang menyinggung perasaan pihak Indonesia.
Radio Nederland Wereldomroep telah menghubungi KBRI Den Haag untuk mengkonfirmasi pemberitaan De Telegraaf dan bagaimana tanggapan perwakilan Indonesia mengenai kasus ini. Namun, hingga saat tulisan ini diterbitkan, tidak ada pejabat yang merasa berwenang untuk memberi tanggapan.
Prilaku ini patut dicatat untuk berhubungan kedepannya dengan negara yang melecehkan bangsa lain. Halaman muka harian dengan oplah terbesar di Belanda, De Telegraaf, Rabu 20 Juni 2012, dengan huruf cukup besar memberitakan penolakan pemimpin partai Buruh, PvdA, Diederik Samsom, untuk menerima kunjungan Duta Besar Berkuasa Penuh Republik Indonesia, Retno Marsudi.
'Samsom onbeschoft tegen ambassadrice' tulis harian pagi yang terbit di Amsterdam ini. Artinya kira-kira, Samsom bersikap kasar terhadap ibu dubes. Dalam lingkungan diplomatik, penolakan seperti itu dianggap sebagai penghinaan. Demikian De Telegraaf.
Tidak tersinggung
Dubes Indonesia |
De Telegraaf mengaitkan hasrat bertemu sang ibu dubes ini dengan sikap PvdA di parlemen, de Tweede Kamer, mengenai penjualan 80 buah tank bekas jenis Leopard ke Indonesia. Dan Kamis 21 Juni 2012, parlemen akan menggelar debat mengenai keputusan kabinet untuk menjual tank bekas tersebut.
Sejauh ini mayoritas suara di parlemen, termasuk PvdA, menentang rencana penjualan. Dengan alasan buruknya situasi hak azasi manusia.
Menurut Dubes RI alasan tersebut 'ongelooflijk'. Tidak masuk akal. Pelanggaran HAM mana yang mereka maksudkan? Kami saat ini negara demokrasi terbesar nomor tiga di dunia. Politisi yang menentang rencana jual beli ini harus mencopot kacamata usang mereka. "Lihatlah Indonesia dengan kacamata baru," demikian kutip De Telegraaf.
Negara besar ?
Beberapa waktu lalu, Dubes RI memang telah sempat bertemu dengan beberapa politisi PvdA. Namun, hasratnya untuk bertemu dengan ketua fraksi, ternyata belum bisa terwujud.
Sementara itu, melalui jejaring Twitter, Diederik Samsom langsung menanggapi pemberitaan De Telegraaf ini. Ia menyatakan, beberapa pekan lalu, Dubes RI telah diterima oleh Frans Timmermans, juru bicara urusan Hubungan Luar Negeri fraksi PvdA di de Tweede Kamer.
Selanjutnya Diederik Samsom menambahkan bahwa dalam partainya sudah menjadi kebiasaan, ketua fraksi hanya menerima dubes negara besar, seperti misalnya dubes negara besar Eropa atau Amerika Serikat. Dubes negara lainnya cukup diterima oleh jubir urusan hubungan luar negeri.
Tank bekas
Leopard Jerman lebih bermutu |
Kalangan bisnis juga gencar melancarkan desakan pada politisi agar transaksi ini jadi. Misalnya galangan kapal Damen Naval Shipbuilding. Beberapa hari lalu, perusahaan ini menanda-tangani kontrak penjualan dua buah kapal fregat bagi Indonesia. Senilai 350 juta euro.
Direktur galangan kapal mengkhawatirkan dampak penolakan bagi kelangsungan hidup bisnis mereka dengan Indonesia. Dengan demikian, perusahaan ini mengirim surat himbauan pada berbagai fraksi di parlemen, agar jangan membuat keputusan yang menyinggung perasaan pihak Indonesia.
KBRI Den Haag
Radio Nederland Wereldomroep telah menghubungi KBRI Den Haag untuk mengkonfirmasi pemberitaan De Telegraaf dan bagaimana tanggapan perwakilan Indonesia mengenai kasus ini. Namun, hingga saat tulisan ini diterbitkan, tidak ada pejabat yang merasa berwenang untuk memberi tanggapan.
0 komentar:
Posting Komentar